Selasa, 16 April 2013

Logoterapi dan Hidup yang Bermakna

Manusia sebagai makhluk yang terlahir sebagai makhluk yang mempunyai banyak potensi dalam dirinya, baik itu potensi akal, fisik, ataupun potensi psikis (afektif/perasaan) dan merupakan makhluk yang paling misterius yang artinya mengandung kerahasiaan yang selamanya tidak akan terbuka secara tuntas, man the unknow kata Alexis Carel seorang penerima nobel ilmu kedokteran.
Dalam perjalanan hidupnya manusia banyak sekali merekam pengalaman dalam sepanjang hidupnya, baik atau buruknya pengalaman itu semua terekam dalam otak kita. Dari pengalaman-pengalam itu ada sebagian orang yang belajar dari pengalaman tersebut dan ada yang menjadi terpuruk dengan kejadian masa lalunya atau biasa kita sebut trauma. Namun dari kesemuanya itu sebenarnya ada suatu hal akan akan dapat memotivasi manusia untuk menyikapi semua permasalah, cobaan yang menimpa manusia. Suatu hal itu yang bisa kita sebut sebagai “makna hidup.”
Dalam logoterapi (masuk dalam aliran psikologi eksistensial humanistik) sebuah aliran psikologi yang dirintis oleh Viktor Frankl. Logoterapi diperkenalkan oleh Viktor Frankl, seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa (neuro-psikiater). Logoterapi adalah suatu bentuk intervensi atau terapi yang menekankan pada logos, yang berarti spirituality (kerohanian) dan meaning (makna). Logoterapi mengakui adanya dimensi kerohanian disamping dimensi ragawi dan kejiwaan serta meyakini bahwa kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi utama setiap manusia. Dalam hal ini makna hidup (the meaning of life) adalah tema sentral logoterapi dan hidup yang bermakna (the meaningful life) adalah motivasi, tujuan dan dambaan yang harus diraih oleh setiap orang (Frankl, 2002).
Dengan demikian, landasan filosofi yang menjadi inti ajaran dari logoterapi yang dikemukan oleh Frankl mengenai kebermaknaan manusia, meliputi tiga aspek (Frankl, 2002 ; Bastaman, 2007), yaitu :
1.            Manusia memiliki kebebasan untuk berkehendak (freedom to will)
Kebebasan berkehendak adalah kebebasan untuk menentukan sikap freedom to take a stand terhadap kondisi-kondisi biologis, psikologis dan sosiokultural serta sejarah kehidupnya. Kebebasan yang dimaksud bukan freedom from, melainkan freedom to take a stand. Berarti, kebebasan yang disertai tanggung jawab. Manusia bukan saja mampu mengambil jarak (to detach) terhadap berbagai kondisi di luar dirinya, melainkan juga terhadap kondisi di dalam dirinya sendiri (self-detachment). Kemampuan inilah yang menyebabkan manusia disebut “the self determining being” yang menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang dianggap penting dan baik bagi dirinya dan harus disertai dengan tanggung jawab.
2.            Ada kehendak untuk hidup bermakna (will to meaning)
Kehendak untuk hidup secara bermakna memang benar-benar motivasi utama pada diri manusia. Hasrat inilah yang memotivasi setiap orang untuk bekerja, berkarya dan melakukan kegiatan-kegiatan yang penting lainnya dengan tujuan agar hidupnya menjadi berharga dan dihayati secara bermakna. Hasrat ini mengarah pada hal-hal di luar, tidak self centered, bukan sesuatu yang hayal, melainkan suatu fenomena psikis yang benar-benar nyata dan dirasakan penting dalam kehidupan manusia.
3.            Menentukan serta menemukan makna hidup (meaning of life)
Kita bebas menemukan makna hidup kita sendiri melalui apa yang kita kerjakan, alami, atau setidak-tidaknya pada sikap kita dalam menghadapi situasi derita yang tidak dapat diubah. Dalam menjalani kehidupan ini, seringkali kita tidak dapat memilih, kita langsung berhadapan dengan situasi atau berbagai kejadian, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Sekalipun demikian, apapun situasinya, kita dapat memiliki maknanya. Pada dasarnya, makna hidup ditemukan dalam setiap kejadian di kehidupan yang dijalani, termasuk dalam penderitaan (rasa bersalah, sakit, rasa berdosa, saat menghadapi kehilangan atau kematian orang yang dikasihi dsb). Makna hidup ini tidak dapat diberikan oleh siapapun, harus ditemukan oleh diri sendiri dalam perjalanan kehidupannya.
Asas-asas ini hakikitnya merupakan inti dari setiap perjuangan hidup, yakni mengusahakan agar hidupnya senantiasa berarti bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan Agama. Dalam hal ini diakui adanya kebebasan (yang bertanggung jawab) untuk mewujudkan hidup yang bermakna melalui pekerjaan, karya bakti, keyakinan dan harapan secara tepat untuk mengatasi segala permasalah hidup yang tidak terelakkan lagi.
Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan:
1.            Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun kehidupan ini selalu mempunyai makna.
2.            Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
3.            Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan bertanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan, dan memenuhi makna dan tugas hidupnya.
4.            Hidup yang bermakna dapat diperoleh dengan merealisasikan tiga nilai hidup; yaitu nilai kreatif (creativity value), nilai-nilai penghayatan (experiental value), dan nilai-nilai bersikap (attitudinal value).
5.            Menurut teori ini eksistensi manusia ditandai oleh kerohanian (spirituality), kebebasan (freedom), dan tanggung jawab (responsibility).
Banyak diantara kita yang menekan bahkan melupakan adanya potensi-potensi diatas, bahwa mereka punya sisi spirit, freedom dan tanggung jawab. Padahal dengan itulah maka eksistensi kita sebagai manusia akan terwujud.


Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28465/3/Chapter%20II.pdf
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/05/12/logoterapi-makna-hidup-dalam-psikologi-viktor-frankl-462406.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar