Dalam perjalanan hidupnya manusia banyak sekali merekam
pengalaman dalam sepanjang hidupnya, baik atau buruknya pengalaman itu semua
terekam dalam otak kita. Dari pengalaman-pengalam itu ada sebagian orang yang
belajar dari pengalaman tersebut dan ada yang menjadi terpuruk dengan kejadian
masa lalunya atau biasa kita sebut trauma. Namun dari kesemuanya itu sebenarnya
ada suatu hal akan akan dapat memotivasi manusia untuk menyikapi semua
permasalah, cobaan yang menimpa manusia. Suatu hal itu yang bisa kita sebut
sebagai “makna hidup.”
Dalam logoterapi (masuk dalam aliran psikologi eksistensial
humanistik) sebuah aliran psikologi yang dirintis oleh Viktor Frankl.
Logoterapi diperkenalkan oleh Viktor Frankl, seorang dokter ahli penyakit saraf
dan jiwa (neuro-psikiater). Logoterapi adalah suatu bentuk intervensi atau
terapi yang menekankan pada logos, yang berarti spirituality (kerohanian) dan
meaning (makna). Logoterapi mengakui adanya dimensi kerohanian disamping
dimensi ragawi dan kejiwaan serta meyakini bahwa kehendak untuk hidup bermakna
(the will to meaning) merupakan motivasi utama setiap manusia. Dalam hal ini
makna hidup (the meaning of life) adalah tema sentral logoterapi dan hidup yang
bermakna (the meaningful life) adalah motivasi, tujuan dan dambaan yang harus
diraih oleh setiap orang (Frankl, 2002).
Dengan demikian, landasan filosofi yang menjadi inti ajaran
dari logoterapi yang dikemukan oleh Frankl mengenai kebermaknaan manusia,
meliputi tiga aspek (Frankl, 2002 ; Bastaman, 2007), yaitu :
1. Manusia
memiliki kebebasan untuk berkehendak (freedom to will)
Kebebasan berkehendak adalah kebebasan untuk menentukan
sikap freedom to take a stand terhadap kondisi-kondisi biologis, psikologis dan
sosiokultural serta sejarah kehidupnya. Kebebasan yang dimaksud bukan freedom
from, melainkan freedom to take a stand. Berarti, kebebasan yang disertai
tanggung jawab. Manusia bukan saja mampu mengambil jarak (to detach) terhadap
berbagai kondisi di luar dirinya, melainkan juga terhadap kondisi di dalam dirinya
sendiri (self-detachment). Kemampuan inilah yang menyebabkan manusia disebut
“the self determining being” yang menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan
untuk menentukan apa yang dianggap penting dan baik bagi dirinya dan harus
disertai dengan tanggung jawab.
2. Ada
kehendak untuk hidup bermakna (will to meaning)
Kehendak untuk hidup secara bermakna memang benar-benar
motivasi utama pada diri manusia. Hasrat inilah yang memotivasi setiap orang
untuk bekerja, berkarya dan melakukan kegiatan-kegiatan yang penting lainnya
dengan tujuan agar hidupnya menjadi berharga dan dihayati secara bermakna.
Hasrat ini mengarah pada hal-hal di luar, tidak self centered, bukan sesuatu
yang hayal, melainkan suatu fenomena psikis yang benar-benar nyata dan
dirasakan penting dalam kehidupan manusia.
3. Menentukan
serta menemukan makna hidup (meaning of life)
Kita bebas menemukan makna hidup kita sendiri melalui apa
yang kita kerjakan, alami, atau setidak-tidaknya pada sikap kita dalam
menghadapi situasi derita yang tidak dapat diubah. Dalam menjalani kehidupan
ini, seringkali kita tidak dapat memilih, kita langsung berhadapan dengan
situasi atau berbagai kejadian, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan.
Sekalipun demikian, apapun situasinya, kita dapat memiliki maknanya. Pada
dasarnya, makna hidup ditemukan dalam setiap kejadian di kehidupan yang dijalani,
termasuk dalam penderitaan (rasa bersalah, sakit, rasa berdosa, saat menghadapi
kehilangan atau kematian orang yang dikasihi dsb). Makna hidup ini tidak dapat
diberikan oleh siapapun, harus ditemukan oleh diri sendiri dalam perjalanan
kehidupannya.
Asas-asas ini hakikitnya merupakan inti dari setiap
perjuangan hidup, yakni mengusahakan agar hidupnya senantiasa berarti bagi diri
sendiri, keluarga, masyarakat dan Agama. Dalam hal ini diakui adanya kebebasan
(yang bertanggung jawab) untuk mewujudkan hidup yang bermakna melalui
pekerjaan, karya bakti, keyakinan dan harapan secara tepat untuk mengatasi
segala permasalah hidup yang tidak terelakkan lagi.
Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan:
1. Dalam
setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun kehidupan ini selalu
mempunyai makna.
2. Kehendak
untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
3. Dalam
batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan bertanggung jawab pribadi
untuk memilih, menentukan, dan memenuhi makna dan tugas hidupnya.
4. Hidup
yang bermakna dapat diperoleh dengan merealisasikan tiga nilai hidup; yaitu
nilai kreatif (creativity value), nilai-nilai penghayatan (experiental value),
dan nilai-nilai bersikap (attitudinal value).
5. Menurut
teori ini eksistensi manusia ditandai oleh kerohanian (spirituality), kebebasan
(freedom), dan tanggung jawab (responsibility).
Banyak diantara kita yang menekan bahkan melupakan adanya
potensi-potensi diatas, bahwa mereka punya sisi spirit, freedom dan tanggung
jawab. Padahal dengan itulah maka eksistensi kita sebagai manusia akan
terwujud.
Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28465/3/Chapter%20II.pdf
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/05/12/logoterapi-makna-hidup-dalam-psikologi-viktor-frankl-462406.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar